Selasa, 07 Desember 2010

DUNIA PERSILATAN


Penulis serial silat dari segi jumlah umumnya relatif lebih sedikit dibanding penulis di topik bidang lainnya. Walau tidak banyak, justru jumlah pembaca yang setia, dan ketagihan malah tidak sedikit, bahkan hingga puluhan tahun lamanya.

Asmaraman alias Kho Ping Hoo menulis sendiri berpuluh judul tentang dunia kang-ouw walau dirinya tidak pernah melayat ke negri Cina (katanya). Walau kebanyakan nasehat, filosofi, tetek bengek mengenai 'Aku' salah dan benar, rangsangan alur cerita dari pengalaman aneh, jurus sakti, dan roman picisan cukup menarik. Urutan baca mempengaruhi pengenalan didunia Kho Ping Hoo. Tokoh disatu judul dapat berlarut ke judul judul berikutnya.

Herman Praktikto, memang bukan penyadur tapi ide karyanya juga bukan 100% orisinil. Selalu Mencangkok cersil dari China, Beliau berhasil mengawinkan dua budaya kesatu tema cerita yang unik. Berlatar belakang kerajaan sriwijaya hingga ke jaman Pangeran Dipenegoro, beliau yang pakar sejarah, dengan luwesnya melukiskan kehidupan kuno yang sangat berbeda dengan cara sehari hari yang umum buat kita. Hasil karyanya seperti Bende mataram, mencari bende Mataram, Bunga Ceplok Ungu, Jalan Diatas Bukit, Bayar Jiwa Ayahku dsb merupakan pusaka bagi literatur bangsa.

Kho Ping Hoo dengan idenya yang orisinil, jumlah karyanya yang sulit ditandingi, gaya bahasanya yang enak dikunyah menurunkan kepandaiannya ke pengarang Sriwidjono yang menerbitkan: Darah Pendekar, Pendekar peyebar Maut, Memburu Iblis, Pendekar Pedang Pelangi seru dang menegangkan. Entah Kenapa, dipertengahan era 90-an tiba tiba jejaknya dan Batara (pengarang lain) menghilang dari dunia cersil. Terjadi kekosongan dunia Kang-ouw hingga kini.

SH Mintardja adalah seorang penulis silat Jawa yang intens. Karya-karyanya sangat mengagumkan dan dikagumi banyak pembacanya. Kemampuannya membuat sebuah cerita yang sangat panjang dan cerita yang nyaris tidak pernah habis adalah sebuah kehebatan. Setelah beliau tiada, karyanya banyak diburu orang. Karyanya dikoleksi orang. Karyanya juga sudah banyak diangkat jadi ketoprak, sinetron, film dan dibuat komik pula.

SH Mintardja adalah penulis cerita silat Jawa paling santun dan pembangun jiwa versi dunia persilatan. Sangat kontras dengan penulis cerita silat lainnya yang mempunyai karakter “tanpa tedeng aling-aling” seperti Bastian Tito dengan Wiro Sableng-nya dan Kho Ping Ho. SH Mintardja dikenal piawai menggabungkan fakta sejarah kerajaan dengan kefiktifan cerita heroik melalui media cerita silat tanah Jawa menjadi realitas kehidupan yang mengasyikkan sekaligus penuh tantangan, ketegangan dan sekaligus pendidikan nurani.

SH Mintardja sangat terkenal dalam serialnya Api Di Bukit Menoreh dan Nagasarsa dan Sabuk Inten. Diluar itu, SH Mintardja banyak menulis cerita silat seperti: Suramnya Bayang-bayang, Sayap-sayap Terkembang, Istana yang Suram, Tanah Warisan, Bunga di Batu Karang, Mata Air di Bayangan Bukit, dan lain-lain.

Kita disuguhi cerita yang membumi dan melihat pahlawan tanpa pamrih seperti Mahesa Jenar, Kebo Kanigara, Kyai Gringsing, Agung Sedayu, Swandaru Geni, Sutawijaya muda, Pasingsingan, Glagah Putih, dan yang kontroversial adalah Raden Rangga putra Panembahan Senapati (Sutawijaya) yang sangat nakal dan mempunyai kesaktian yang mengagumkan melalui mimpi-mimpi anehnya.
Melalui cerita-cerita silatnya, SH Mintardja menyuguhkan drama psikologi tokoh-tokohnya secara ciamik. Yang unik, SH Mintardja memberikan petuah-petuah berharga melalui dialog-dialog tokoh-tokohnya. Membaca Api Di Bukit Menoreh ibarat naik roller coaster yang bisa mengombang-ambingkan perasaan pembacanya. Drama kontradiksi anak muda yang sombong, pemarah dan sakti melawan anak muda sabar, cerdas dan sakti yang dibungkus dengan sirkumstansi percintaan laki-perempuan dalam konflik sejarah kerajaan tanah Jawa. Kita juga belajar dari buku “cersil” Api di Bukit Menoreh bahwa di atas langit selalu ada langit lagi.

SH Mintardja adalah pengarang cerita silat Indonesia (Jawa) terbesar, yang mengarang banyak cerita silat, salah satunya memegang rekor kisah 'terpanjang', yakni 'Api Di Bukit Menoreh'. Buku tersebut dikarang selama 32 tahun (terbit 1 per bulan) sejak 1967. Ketika beliau tutup usia di tahun 1999, 'Api' sudah mencapai 4 episode, 396 jilid. Kisah lainnya yang populer adalah 'Naga Sasra dan Sabuk Inten', yang ditulis sebelum 'Api'. Berbagai karya SH Mintardja yang sarat dengan falsafah dan budaya Jawa ini sungguh memikat untuk dinikmati

Masih banyak penulis cerita silat Indonesia yang mengagumkan. Singgih Djatilaksana, Widi Widayat, Arswendo Atmowiloto, Bastion Tito, Joko Lelolon, Seno Gumira Ajidarma, Langit kresna Hariyadi dan masih banyak lagi yang bermunculan saat ini dengan begitu banyak mengambil setting sejarah kerajaan maupun fiksi semata. Belum lagi pengarang penyadur cerita silat Tiongkok. Diantaranya Can I.D, S.D Liong, Gan K.L atau Gan K.H (adiknya, Chin Yung (Jin Yong), dan banyak lagi.

Dunia persilatan seperti bangkit lagi meski dalam bentuknya sebagai sebuah literarur. Ciaaattttt!!!!!!